Dia seorang guru Sekolah Dasar (SD). Hampir setiap kali ia masuk kelas dan memulai pelajaran, guru ini selalu berteriak, "Anak-anak, coba perhatikan ke depan!" Kemudian para siswanya tidak kunjung tenang, ia berteriak lagi, "Ayo yang laki-laki! Bisa tenang seperti teman-teman kalian yang perempuan, nggak?!" Begitulah yang sering terjadi. Biasanya anak laki-laki di kelas itu akan ramai menjawab, "Bukan saya, Pak. Dia yang memulai duluan!" kata mereka sambil menunjuk teman berguraunya masing-masing.
Suatu ketika, menghadapi tingkah laku murid-muridnya yang tak berubah, guru ini betul-betul kehilangan kesabarannya. Dia, lagi-lagi, berteriak, "Pokoknya kalau kalian masih tetap ribut, Pak Guru tidak mau memulai pelajaran!" Sang guru menyangka dengan ancaman seperti itu, anak-anak SD yang sedang ia hadapi itu akan diam. Namun, siapa sangka bahwa ada salah satu siswa yang berani menjawab, "Wah, enak dong, enggak pelajaran!" Si anak berkata sambil buru-buru menutup mulutnya, bergaya seperti orang keceplosan. Akhirnya, sang guru mengusir anak itu keluar kelas.
Catatan: Cerita ini sebenarnya telah memberikan ilustrasi sekaligus inspirasi dan motivasi kepada kita, sebagai seorang guru, bahwa sikap keras terhadap siswa atau murid di dalam kegiatan belajar mengajar seyogyanya tidak perlu dilakukan. Mereke butuh kasih sayang, butuh perhatian, bukan kekerasan. Jika Anda adalah seorang yang mengaku guru, tentunya perlu juga mengambil hikmah dari cerita ini, agar transfer ilmu pengetahuan bisa lancar dan dapat dicerna oleh siswa tanpa ada perasaan was-was dan ragu-ragu.
Posting Komentar